===============================
Judul : “Sebuah Kain Batik”
===============================
Untuk semua Umur
Tentang Cinta, Hidup, Keluarga, Mati
Oleh Pengarang Urban
===============================
Bukti Transfer Email ke-
“adyJemblung@yahoo.co.id”
Ebook di kirim Via Email Anda+
7 lagu Band Indie
Arsip Blog
NOVEL SEBUAH KAIN BATIK
Dan coba kita bayangkan jika kita mengerjakannya tanpa adanya kesabaran , apakah akan menjadi lembaran Kain Batik yang apik ? atau bisakah di sebut dengan Kain Batik ?
CUPLIKAN NOVEL SEBUAH KAIN BATIK
Semilir udara dingin dan angin-angin kecil berhamburan menghembuskan kesejukan membuat tangannya harus mendekap erat tubuhnya yang gemetar , terkadang angin – angin kecil itu menyibak helaian rambut lurus hitamnya , tapi tak pernah sesekali digubris .
Jalan itu seakan seperti lautan aspal yang tak terlihat ujungnya , lurus dan panjang , Pohon – pohon rindang tumbuh di kiri – kanan ruas jalan , seakan membentuk sebuah terowongan , terowongan berbahan dedaunan yang lebat nan hijau , mereka bergoyang seiring aluran angin berhembus .
Namun sekali lagi dia tak lagi minat untuk menemukan keindahan itu , dia hanya ingin melangkahkan kakinya , meski pohon – pohon itu seakan – akan menyapa dirinya dengan menggesekan ranting – ranting kecilnya , tapi dia hanya menunduk , karena hatinya bergejolak .
Seiring langkahnya tampak dari jauh mentari merangkak menghilang di perbukitan yang menjulang tinggi ke angkasa , cahayanya mulai memerah menyampaikan pesan kepada semua alam , cakrawala dan seisinya , bahwa untuk hari ini tugasnya telah selesai .
Dan dia pun mempercepat langkah kakinya , untuk segera menyudahi perjalanan itu terlebih lagi menyudahi perasaannya . .
Berselang beberapa rumah , dia berhenti di depan rumah mungil yang dihiasi kembang – kembang seribu warna yang tertata cantik dan apik di halamannya , sebuah hunian sederhana tapi penuh dengan cerita dan kenangan masa lalu dan esok . Dia masuk ke halamannya dan menuju pintu rumah .
“ Bu . . , aku pulang . . “ seru dia sambil mengetuk pintu rumah , lalu dia pun membuka pintu itu dan seorang wanita paruh baya muncul dari arah dapur , “ Lho ? cepat amat . . ? “ Tanya Ibu itu tanpa ada perasaan apa – apa , tapi gadis itu tak membalas pertanyaan itu , hanya berlalu begitu saja dari sang Ibu , langsung menuju kamar . Ibunya hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya dan sesekali memandang arah matanya keluar sambil menutup pintu rumah .
Dan akhirnya air matanya tertumpah , isak tangisnya dia tutupi dengan bantal bersarung biru , dia menumpahkan semuanya , , menjerit dan tengelam dalam kesedihan . .
“ Hey . . kamu bisa nggak temeni aku ? . . aku sekarang ada di rumah . . tolong yach ?? . . oke Tanks . . “ lalu ditutup ponsel itu dan bangkit dari tidurnya ke arah meja rias dan lalu memandang jauh di dalam raut wajahnya walau tak tampak jelas . . karena gelap . Kemudian dia hidupkan lampu kamar dan menuju kamar mandi
#
Kerumunan kendaraan saling berhimpit di jalanan yang berjarak tak sampai setengah kilometer, sudah seperti tradisi setiap hari menjelang malam , jalan Stasiun adalah pusat kemacetan di kota kecil itu , meski sudah puluhan tahun tak ada lagi kereta api yang masuk ke kota kecil itu .
“ Permisi . . “ sapanya sambil mengetuk pintu , “ Ya . . sebentar . . “ sebuah jawaban dari dalam rumah itu , lalu pintu itu terbuka “ Hey . . kamu ?? “ sapa Ibu Karira , “ Kariranya ada Bude’ ? “ Tanya gadis itu , “ Ada . . , ayo masuk “ Ibu Karira mempersilahkan masuk , “ Makasih Bude’ “ Dia pun masuk dengan perasaan yang tak seperti biasanya , “ Kariranya ada di kamar mandi . . “ sahut Ibu Karira seraya memeluk pundak gadis itu , “ Sebenarnya ada masalah apa . . . ? “ Tanya Ibu Karira kepadanya , “ Saya sendiri juga tidak tau . . . ? “ Timpalnya , “ Ya sudah . . ? paling – paling masalah anak muda . . . ? “ senyum Ibu Karira , lalu Ibu Karira mempersilahkan dia menjemput Karira .
“ Jeny . . Bude’ mau buatkan cokelat panas ya . . ? “ seru Ibu Karira kepada Jeny setelah membaringkan tubuh Karira , “ Oya . . , saya juga mau buat mie Instans Bude’ . . “ sahut Jeny ,“ Kita makan bareng – bareng . . “ Lanjut Jeny seraya tersenyum kepada Ibu Karira dan menyemangati sahabatnya Karira , Ibu Karira juga membalas senyum tapi Karira hanya mengangguk lemas sambil memandang kedua orang yang penuh perhatian itu .
“ Ir . . . , ada apa sebenarnya . . . ? “ Tanya Jeny , “ Maaf Jen , aku saat ini nggak mau membahasnya . . . “ Jawab Karira dengan perasaan dalam , “ Yang penting saat ini . . . kamu mau temeni aku . . . , aku cuma ingin itu saja . . . “ lanjut Karira sambil memeluk bantal , “ Baiklah kalau itu maumu . . , kita membahas yang lain saja . . . “ jawab Jeny seraya menepuk tangan Karira , sebagai tanda bahwa dia setuju dengan Karira .
#
Hari demi hari Karira lewati seperti biasanya , membantu sang ibu dalam usaha garmen kecil – kecilan , meski kecil tapi dari usaha itu telah mendapatkan hasil lebih dari cukup , sekarang Ibu Karira bisa menyisihkan sedikit demi sedikit dari sisa pendapatannya , dengan tujuan mengumpulkan modal untuk membesarkan usaha garment itu , karena dari beberapa bulan terakhir permintaan dari buyer terus mengalami peningkatan dan permintaannya pun tidak hanya dari pasar lokal saja , tapi pasar ekspor mulai melirik kualitas garment Ibu Karira , meski tidak seratus persen pengambilan dari Garment Beliau , tapi dengan melihat antusias pihak Buyer maupun Suplliyer , kesempatan untuk berkembang lebih besar sangatlah mudah .